Minggu, 02 Januari 2011

Otokritik New Year

Momen pergantian tahun selalunya mampu menyajikan menu resolusi yang menjadi pilihan utama masyarakat kebanyakan. Mulai dari kalangan elit politik sampai keluarga si miskin yang berpenyakit, hampir semuanya berlomba-lomba menyusun daftar capaian mereka untuk setahun ke depan. Semangat mereka terpompa tinggi hingga jauh mengoyak angkasa. Luar biasa memang. Namun, ada hal yang harus tetap diingat, yaitu konsistensi. Memimpin di awal namun kalah di akhir tentu bukan hal yang diharapkan. Oleh karena itu, konsistensi dibutuhkan sebagai salah satu suplemen penunjang keberhasilan. Karena sejatinya sukses dan kesuksesan dibangun bukan hanya lewat bakat dan potensi, tapi juga lewat konsistensi yang lahir dari keyakinan kuat pantang menyerah.

Berceloteh tentang kesuksesan tentu tidak akan lepas dari cerita tentang kegagalan. Itu pun masih harus dibagi ke dalam beberapa sub tema yang diantaranya terkait proses menuju kesuksesan itu sendiri, hingga hasil akhir yang umumnya selalu menjadi patokan yang menentukan.

Jika coba diamati lebih jauh, sebenarnya ada kontradiksi yang tersirat mengenai proses menjemput keberhasilan dengan hasil akhir yang menunggunya. Sering kita dengar sebagian kalangan berpendapat, keberhasilan itu dilihat dari proses yang dijalani untuk mencapainya, bukan dari hasil akhirnya. Di lain pihak, kalangan lain mengatakan, bagaimana pun juga hasil akhirlah yang akan menentukan berhasil-tidaknya seorang manusia dalam mencapai tujuannya.
Bagaimana menjawabnya?

Dalam pandangan objektif saya, sebenarnya ini hal yang cukup mudah untuk dipecahkan. Pada dasarnya hasil akhir yang baik itu selalu ditopang oleh proses-proses yang baik pula. Tidak ada yang namanya berakhir baik jika dimulai dengan cara-cara yang tidak baik. Sebaiknya kita jangan hanya menilai hasil akhir yang baik itu dari norma-norma umum yang berlaku di masyarakat. Bagaimana pun juga hasil akhir yang baik adalah sesuatu yang hakiki, tidak abu-abu.

Mencoba mengambil contoh dari malaysia yang berhasil menang atas Indonesia dalam final AFF leg pertama kemarin. Jika dilihat dari rambu-rambu umum yang diterima masyarakat, maka kita boleh mengatakan bahwa mereka telah sukses mencapai tujuannya mengalahkan sang Garuda. Namun, ternyata tidak berhenti sampai di situ saja. Dalam kesuksesan yang tengah mereka raih, muncul berbagai macam komentar pedas yang mencibir. Banyak kalangan yang tidak mau mengakui kemenangan Malaysia itu adalah sebuah kesuksesan karena dianggap diperoleh melalui cara-cara curang yang menyakitkan. Jadi, apakah Malaysia sejatinya telah sukses secara hakiki?
Oleh karena itu, mari sama-sama kita jadikan tahun baru sebagai saran untuk menjemput kesuksesan hakiki. Dimulai dengan membangun karakter positif dari dalam diri.

Analoginya, karakter pribadi seperti sebuah gunung, sedangkan reputasinya adalah bayangan dari sang gunung. Sebuah kerikil tentu hanya akan mampu membentuk bayang kerikil kecil seukuran dirinya. Kita tidak akan bisa membentuk reputasi seukuran gunung tanpa terlebih dahulu membangun sebuah gunung. Kita, Anda, dan Saya tidak akan pernah mampu membangun sebuah reputasi yang baik tanpa terlebih dahulu membangun sebuah pribadi yang berkualitas. Itu saja.

(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar