Sabtu, 07 Mei 2011

Aku yang Menulis Cerita

Wahai engkau yang tengah menulis cerita
Berbaringlah di sini di ranjang moksa dan hampa
Cumbuilah rembulan yang molek bagai seorang putri raja
Karena itu adalah hadiah Tuhan yang katanya mulia

Wahai engkau yang tengah menulis cerita
Matikan saja lentera renta di tengah kita
Gantikan ia dengan pekatnya gulita
Sebab kerjap cahayanya tinggal menunggu Izrail sang pencabut setiap nyawa

Wahai engkau yang tengah menulis cerita
Sejuta rakaat telah kaurajut dalam bayang asa
Untaian sujud pun telah kaujulur hingga ujung lidah senja
Namun tetap engkau hanya bisa menulis cerita
Dalam khidmat
Dalam kesabaran

Medan, 07 Mei 2011
(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)

Angin

Angin ...
Aku ingin membisikkan sebuah cerita
Tentang kehidupan yang penuh suka dan duka
Beserta aku yang menyimpan perih di kedalaman jiwa

Angin ...
Biarkan sejenak kumelayang bersamamu
Mengitari segala lorong-lorong kota
Sambil perlahan menghapus gores rintih dan air mata

Angin ...
Kini tinggallah di kedalaman hatiku
Sejukkan setiap gundah dan laraku
Sebab hanya semilirmu yang mampu menguatkanku



Medan, 07 Mei 2011
(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)

Malam

Malam …
Aku ingin bertanya padamu
Apakah pekatmu selalu menasbihkan keburukan?
Bukankah kau yang selalu hadir berhias bulan serta bintang?
Lalu kenapa hanya gelapmu yang jadi cercaan?

Malam …
Kenapa kau hanya diam?
Bukankah kaupun berhak untuk menggugat?
Atas segala umpat yang sempat mereka ucap

Malam ...
Aku tak paham atas semua
Namun kutahu kau hanya mencoba untuk tetap setia
Meski kurasa itu takkan banyak berarti apa-apa

Oh malam …
Ajari aku tentang kesabaranmu
Ajari aku untuk tetap anggun meski kadang bulan dan bintang enggan menemani hadirmu
Ajari aku untuk berbagi seperti engkau yang mengikhlaskan datangnya pagi

Malam …
Kumohon
Ajari aku untuk tetap setia
Menjaga mungilnya jiwa walau perih datang dari segala muara

Medan, 07 Mei 2011
(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)