Sabtu, 29 Januari 2011

Lagu yang Meng(H)idupkan

Hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh aral dan rintang. Oleh karena itu, siapkanlah sebuah lagu, ya..., lagu. Sebuah lagu yang dapat membangkitkan semangatmu ketika kau merasa tak mampu. Sebuah lagu yang dapat mengingatkanmu akan arti pentingnya kehidupanmu.


Dan aku telah memilih sebuah lagu. Lagu yang selalu mampu menyentuh hatiku. Lagu yang selalu membuatku kembali tersadar akan pentingnya kehidupanku. Lagu yang selalu bisa memacu semangatku untuk menjadi lebih baik.


Dan lagu itu adalah "You’ll Be In My Heart" milik Phil collins


Come stop your crying
  
It will be all right

Just take my hand Hold it tight 



I will protect you

from all around you

I will be here

Don't you cry 



For one so small,

you seem so strong

My arms will hold you,

keep you safe and warm

This bond between us

Can't be broken

I will be here

Don't you cry 



'Cause you'll be in my heart

Yes, you'll be in my heart

From this day on

Now and forever more 



You'll be in my heart

No matter what they say

You'll be here in my heart, always 



Why can't they understand

the way we feel

They just don't trust

what they can't explain

I know we're different but,

deep inside us

We're not that different at all 



And you'll be in my heart

Yes, you'll be in my heart

From this day on

Now and forever more 



Don't listen to them

'Cause what do they know

We need each other,

to have, to hold

They'll see in time

I know 



When destiny calls you

You must be strong

I may not be with you

But you've got to hold on

They'll see in time

I know

We'll show them together 



'Cause you'll be in my heart

Yes, you'll be in my heart

From this day on,

Now and forever more 



Oh, you'll be in my heart

No matter what they say

You'll be in my heart, always

Always

##

Lirik yang begitu indah, bagiku, membacanya saja sudah mampu menenggelamkan rasa dalam samudera jiwa. Lantunan musiknya terdengar lembut dan begitu halus. Ah... Come stop your crying, It will be all right, Just take my hand Hold it tight....

(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)

Minggu, 23 Januari 2011

Bingkai Harmoni Imani

Kehidupan sejatinya bukanlah sebuah ironi. Karena kehidupan pada hakikat terdalamnya adalah sebuah harmoni. Di mana semua kebaikan dipadu-padankan menjadi sebuah kekuatan. Hingga utuh sempurnalah sebuah bangunan keimanan.

Keimanan itu meliputi berbagai aspek dalam kehidupan, salah satunya adalah kemampuan dalam menjalin sebuah hubungan. Sama halnya dalam upaya meningkatkan keimanan, maka usaha dalam menjalin sebuah hubungan acapkali rumit untuk diterapkan.

*****

Hari itu, di tengah panasnya kota Mekkah, dalam sudut ruang sebuah bangunan sederhana seorang lelaki tampak sedang berpikir sangat keras. Keringatnya bercucuran pertanda ia sulit untuk menemukan kepastian atas masalah yang tengah dihadapinya. Adalah Amirul Mukminin Umar bin Khathtab yang tengah gundah menerima kabar tentang seorang sahabat Sa’d bin Abi Waqqash, Gubernur kota Kufah, yang sering mendapat rapor merah dari penduduk setempat. Umar tahu dengan pasti seorang Sa’d tidak mungkin melakukan hal-hal yang dituduhkan oleh para penduduk. Bagaimanapun juga hal ini lebih kepada rasa ketidaksukaan para penduduk kota Kufah yang dulu ditaklukkan islam lewat tangan Sa’d bin Abi Waqqash.

Sa’d adalah seorang yang shalih, ahli ibadah, hatinya penuh dengan ketaqwaan kepada Allah, doanya begitu mustajabah. Ia juga seorang yang amanah dan tak pernah berdusta. Dia prajurit ulung. Sejarah tak akan pernah lupa akan sikap heroiknya takkala perang Badar. Ia adalah prajurit garda terdepan yang jadi orang pertama yang melepaskan panah untuk membela islam dan juga menjadi orang pertama yang terkena panah dalam membela agama Allah.
Umar tahu semua itu. Tapi Sa’d bukanlah orang yang bisa bersabar atas omelan rakyatnya. Dia juga bukan tipikal orang yang mudah mengalah sekedar untuk melunakkan hati masyarakat yang dipimpinnya.

Pernah seorang wanita bersengkata dalam hal tanah dengan Sa’d bin Abi Waqqash. Wanita itu memang berlaku curang dan khianat dalam jual-beli. Maka Sa’d mendoakannya. “Ya Rabbi,” lirihnya, “Jika ia benar maka ridhailah ia, berkahilah seluruh harta bendanya, dan ampunkanlah dosaku. Tapi jika memang ia berlaku curang, maka binasakanlah ia bersama harta bendanya.” Beberapa hari kemudian wanita itu terperosok ke dalam lubang di tanahnya sendiri dan kemudian ia dipatuk ular di dalam lubang. Dalam sekarat ia berteriak, “Celakalah aku! mendapat bala dari doa Sa’d bin Abi Waqqash!”

Di saat lain, dalam kisah yang diriwayatkan oleh 'Amir bin Sa'd, suatu ketika Sa'd melihat seorang laki-laki mencaci maki Ali, Thalhah dan Zubair. Melihat kejadian tersebut Sa'd berupaya mengingatkan laki-laki itu untuk menghentikan caciannya, tetapi tetap saja yang bersangkutan tidak mau berhenti mencaci. Maka Sa'd berkata: "Kalau begitu aku akan berdoa kepada Allah untukmu," Jawab Sa’d dengan penuh emosi.

 "Saya melihat engkau mulai mengancam saya, seolah-olah engkau seorang nabi". Lelaki itu mengacuhkan dengan enteng ancaman Sa’d. Maka Sa'd pun kemudian pergi meninggalkan yang bersangkutan, beliau mengambil air wudhu lalu shalat sunnah dua rakaat. Usai shalat, beliau mengulurkan kedua tangannnya sambil berdoa: “Ya Allah sesunguhnya Engkau Maha tahu bahwa laki-laki ini telah mencaci maki orang-orang shaleh yang Engkau ketahui keshalehannya, maka berilah dia pelajaran jika itu akan baik baginya dan berikanlah tanda bahwa dia sudah mendapat pelajaran dari-Mu".

Selesai beliau berdoa tidak berapa lama kemudian tiba-tiba keluar dari sebuah tempat seekor unta liar yang kelihatannya sedang mencari sesuatu, lalu ditabraknya laki-laki tersebut sampai dia jatuh di kaki unta itu dan si unta menginjak dirinya sampai akhirnya matilah laki-laki itu seketika!"

Allahu Akbar! Semua ini adalah keutamaan Sa’d bin Abi Waqqash. Ini memaparkan segala keutamaannya dengan doa-doa yang selalu diijabah. Seperti itulah yang memang pernah didoakan Nabi Shallallaahu Alaihi wa sallam “Ya Allah,” ucap Rasul dengan perlahan, “Tepatkanlah bidikan panah Sa'd dan kabulkanlah segala doanya."

Dan Sa’d bin Abi Waqqash orang bertaqwa itu benar-benar menjadi seorang yang selalu terijabah doanya.
Tapi bagi Umar bin Khathtab, ada sedikit kekurangan dari kelebihan Sa’d ini dalam menjalin hubungan baik dengan rakyatnya. Sa’d menjadi sangat peka. Ia mudah sekali tersinggung atas hal-hal pribadi dan tak mampu untuk lebih berlapang dada terhadap orang-orang yang menyelisihi dirinya. Telah banyak mereka yang bersalah merasakan bala dari doa Sa’d bin Abi Waqqash. Semua menjadi benar-benar runyam karena perpaduan masalah ini. Simbiosis antara rakyat yang rewel dan gubernur shalih yang tak sabar dalam mendengar. Runyam.

Beruntung, dalam kegundahan hebat yang tengah melanda Umar, Al-Mughirah bin syu’bah datang. Lantas ia berkata, “Wahai amirul Mukminin, seseorang yang bertaqwa namun lemah itu, ketaqwaannya menjadi miliknya sendiri, sedang kelemahannya menjadi aib bagimu”

Umar diam.

Al-Mughirah melanjutkan, “Adapun orang kuat yang bermaksiat, maksiatnya menjadi tanggungannya sendiri, dan kekuatannya menjadi kekuatan bagimu!”

Umar mengerti, ia kemudian tersenyum dan berkata, “Wahai Al-Mughirah, aku mengerti. Sekarang kau pergi ke Kufah dan gantikan Sa’d memimpin kota itu. Sungguh demi Allah, Sa’d adalah orang yang bertaqwa namun lemah, dan kaulah orang kuat itu.”

******

Kisah tentang Sa’d menyiratkan pelajaran, bahwa sahabat sekalipun juga memiliki sisi-sisi manusiawi yang tak bisa dihindari. Karena mereka bukanlah malaikat dan kemaksuman juga tak dijaminkan bagi mereka. Mereka adalah apa adanya mereka. Dan pujian tetap lahir dari kisah hidup mereka.

Hal lain yang kemudian bisa kita petik. Bahwa adakalanya pemimpin yang baik malah tak disukai. Dalam kehidupan pun begitu. Beberapa orang mungkin menyukai kita, namun beberapa lainnya justru malah membenci kehadiran kita. Bagaimanapun juga kita tak bisa memaksakan kebaikan. Semuanya kembali kepada Allah, dan yang perlu kita lakukan hanya berusaha untuk berjalan sesuai dengan garis kebaikan. Itu saja.

Perlakukanlah saudara kita dengan sebaik-baiknya. Janganlah memaksa  seorang Umar untuk bersikap layaknya seorang Ustman. Bagaimanapun jua, Umar adalah seorang lelaki yang tegas lagi tegar, kuat lagi bertanggungjawab, dan keras lagi lugas. Sedangkan Ustman adalah seorang lelaki yang hidup dalam keluarga Mu’awiyah yang kaya raya. Biasa berjalan dengan kelembutan dan kasih sayang, dan jiwanya adalah kedermawanan. Umar tak mungkin bisa berubah menjadi Ustman karena itu akan membunuh potensinya. Begitu juga sebaliknya. Nasehatilah saudara kita dengan cara yang paling baik. Dalam islam, nasihat yang paling baik adalah nasihat yang diminta.

*****

Aku menulis sebagai luapan emosi atas segala kekuranganku. Gores pena ini pun hadir menjadi nasehat atas diriku yang sering bias dalam menilai lagi merasa. Sebagai seorang mukmin aku laksana rembulan yang memiliki sisi gelap yang selalu ingin kusimpan dalam-dalam. Namun di lain sisi aku pun memiliki sedikit sisi terang yang ingin kubagi dengan kalian kawan seperjuangan.

Semoga dapat mengobati hati yang terluka, menjadi penawar bagi jiwa yang terkena bisa dosa. Terakhir izinkanlah syair indah seorang kawan menjadi penutup perjumpaan.

Jika kau merasa besar, periksa hatimu

Mungkin ia sedang bengkak

Jika kau merasa suci, periksa jiwamu

Mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani

Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu

Mungkin ia sedang melayang kehilangan pijakan

Jika kau merasa wangi, periksa ikhlasmu

Mungkin itu asap dari amal shalihmu yang hangus terbakar

(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)

Minggu, 09 Januari 2011

Suka dan Duka

Hei...
Saat ini duka sedang berceloteh mesra penuh suka
Sadang Suka...
Tengah sedih berselimut duka

(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)

Sabtu, 08 Januari 2011

Dunia Pasti Berputar

Kata ST12 dunia pasti berputar
Kutelan jelijih dalam-dalam
Benar...
Dunia pasti berputar kawan
Cobalah naik Bianglala Ancol
Pasti dunia kau rasa berputar

(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)

Jumat, 07 Januari 2011

Hidup atau Mati

Aku bertanya
Buat apa berani hidup?
Bukankah dulu pahlawan memilih berani mati?

Kau jawab
Yang berani hidup adalah pahlawan sebenarnya
Jika mati hanya akan bertemu malaikat
Sedang jika hidup banyak yang kau jumpai
Penagih hutang
Tugas kerja
Omelan istri
Repetan mertua
Dan banyak lagi

Aku tak terima
Tapi tak pula bisa menyangkalnya
Sekarang, tinggal pilih
Hidup atau mati


(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)

Kamis, 06 Januari 2011

Pencinta Menunggu Mati

Sebagai manusia aku hanya ingin mencinta
Hidup bersama merasai suka dan duka
Tapi apa mungkin...


Toreh waktu sebentar lagi akan menhentikan jejakku
Di mana harus kucari tambatan hati

Malaikat maut telah berdiri di depan pintu
Detik kurasa berdetak lambat
Sedang detak kurasa berdetik cepat

Sekali lagi
Sebagai manusia aku hanya ingin mencinta


(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)

Rabu, 05 Januari 2011

Renungan Ruang Sunyi

Dalam ruang sunyi aku sendiri
Berpikir tentang bagaimana hidupku kini dan nanti

Dalam ruang sunyi aku sendiri
Mencoba sedikit saja menyadari
Bahwa hidupku hanya tinggal sebentar lagi

Dalam ruang sunyi aku sendiri
Menunggu sebuah karma yang mungkin telah pasti
Karena sebab ada dosa yang mungkin tak terampuni

Dalam ruang sunyi aku sendiri
Sepi
Sunyi

Dalam ruang sunyi aku masih sendiri
Sepertinya semua orang memang telah pergi
Ah...ini pasti pertanda penuh arti

Dalam ruang sunyi aku sendiri
Menunggu antri untuk mati

(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)

Selasa, 04 Januari 2011

Hidup

Hidup hanyalah sebuah pertaruhan
Kadang menang
Lain waktu kalah

Hidup hanyalah sebuah permainan
Tak perlu dianggap serius
Tapi jangan pula dianggap remeh-temeh belaka
cukup dinikmati saja

Karena ini hanya hidup

(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)

Minggu, 02 Januari 2011

Otokritik New Year

Momen pergantian tahun selalunya mampu menyajikan menu resolusi yang menjadi pilihan utama masyarakat kebanyakan. Mulai dari kalangan elit politik sampai keluarga si miskin yang berpenyakit, hampir semuanya berlomba-lomba menyusun daftar capaian mereka untuk setahun ke depan. Semangat mereka terpompa tinggi hingga jauh mengoyak angkasa. Luar biasa memang. Namun, ada hal yang harus tetap diingat, yaitu konsistensi. Memimpin di awal namun kalah di akhir tentu bukan hal yang diharapkan. Oleh karena itu, konsistensi dibutuhkan sebagai salah satu suplemen penunjang keberhasilan. Karena sejatinya sukses dan kesuksesan dibangun bukan hanya lewat bakat dan potensi, tapi juga lewat konsistensi yang lahir dari keyakinan kuat pantang menyerah.

Berceloteh tentang kesuksesan tentu tidak akan lepas dari cerita tentang kegagalan. Itu pun masih harus dibagi ke dalam beberapa sub tema yang diantaranya terkait proses menuju kesuksesan itu sendiri, hingga hasil akhir yang umumnya selalu menjadi patokan yang menentukan.

Jika coba diamati lebih jauh, sebenarnya ada kontradiksi yang tersirat mengenai proses menjemput keberhasilan dengan hasil akhir yang menunggunya. Sering kita dengar sebagian kalangan berpendapat, keberhasilan itu dilihat dari proses yang dijalani untuk mencapainya, bukan dari hasil akhirnya. Di lain pihak, kalangan lain mengatakan, bagaimana pun juga hasil akhirlah yang akan menentukan berhasil-tidaknya seorang manusia dalam mencapai tujuannya.
Bagaimana menjawabnya?

Dalam pandangan objektif saya, sebenarnya ini hal yang cukup mudah untuk dipecahkan. Pada dasarnya hasil akhir yang baik itu selalu ditopang oleh proses-proses yang baik pula. Tidak ada yang namanya berakhir baik jika dimulai dengan cara-cara yang tidak baik. Sebaiknya kita jangan hanya menilai hasil akhir yang baik itu dari norma-norma umum yang berlaku di masyarakat. Bagaimana pun juga hasil akhir yang baik adalah sesuatu yang hakiki, tidak abu-abu.

Mencoba mengambil contoh dari malaysia yang berhasil menang atas Indonesia dalam final AFF leg pertama kemarin. Jika dilihat dari rambu-rambu umum yang diterima masyarakat, maka kita boleh mengatakan bahwa mereka telah sukses mencapai tujuannya mengalahkan sang Garuda. Namun, ternyata tidak berhenti sampai di situ saja. Dalam kesuksesan yang tengah mereka raih, muncul berbagai macam komentar pedas yang mencibir. Banyak kalangan yang tidak mau mengakui kemenangan Malaysia itu adalah sebuah kesuksesan karena dianggap diperoleh melalui cara-cara curang yang menyakitkan. Jadi, apakah Malaysia sejatinya telah sukses secara hakiki?
Oleh karena itu, mari sama-sama kita jadikan tahun baru sebagai saran untuk menjemput kesuksesan hakiki. Dimulai dengan membangun karakter positif dari dalam diri.

Analoginya, karakter pribadi seperti sebuah gunung, sedangkan reputasinya adalah bayangan dari sang gunung. Sebuah kerikil tentu hanya akan mampu membentuk bayang kerikil kecil seukuran dirinya. Kita tidak akan bisa membentuk reputasi seukuran gunung tanpa terlebih dahulu membangun sebuah gunung. Kita, Anda, dan Saya tidak akan pernah mampu membangun sebuah reputasi yang baik tanpa terlebih dahulu membangun sebuah pribadi yang berkualitas. Itu saja.

(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)

Sabtu, 01 Januari 2011

Opiniku Tentang Timnasku

Gelora Bung Karno gegap gempita, ratusan ribu manusia serempak menyuarakan satu nama, INDONESIA. Sungguh ini merupakan momen yang sangat langka. Setelah menunggu sekian lama, baru sekarang Indonesia dirasa berjaya. Celoteh-celoteh kemenangan lantas disatupadukan, diurai menjadi sebuah asa yang tinggi menjulang, lalu diletakkan rendah tepat di dada para punggawa perjuangan. Aku yang melihat hanya bisa membayangkan, seandainya aku yang menjadi mereka, pasti lemas lututku menanggung semua beban.


Kalaulah coba ditilik kebelakang, sambil menelusupi waktu yang tinggal kenangan, maka akan ada banyak pelajaran. Bukan hanya tentang strategi menghadapi lawan di hari kemudian, tapi juga menyadari ada kebusukan yang selama ini mencoba menghambat kemenangan. Sinyal keberhasilan yang kemarin sempat dipertontonkan, coba digunakan para pejuang kemunafikan untuk menarik simpati khalayak kebanyakan. Menebar pesona lewat layar kaca sambil mengaku diri yang paling berjasa. Padahal, semua hanya bohong saja. Kalaupun ada jasa, tak lebih dari sekedar isapan jempol belaka. Jadi, sama saja.


Menghadapi fenomena semacam ini, kepada timnas aku mencoba menyampaikan sedikit opini. Sebuah suara dari seorang rakyat biasa yang mencoba untuk menitip asa lewat guratan cerita.


Wahai Firman Utina sang kapten kesebelasan, kuharap engkau di lapangan jangan pernah mau dijadikan kuda tunggangan. Ingatlah apa yang pernah coach Riedl siratkan, mereka para pejuang kemunafikan hanya akan menjadi pengganggu keberhasilan. Bermainlah dengan gembira, jangan pikirkan harga diri Garuda. Garuda baik-baik saja. Cukuplah kau bermain dengan gembira, itu saja sudah cukup untuk membuat para suporter ceria.


Selanjutnya untuk semua pemain terkecuali penjaga gawang. Tenanglah kawan. Aku tahu expose media sempat membuat kalian tertekan. Apalagi ditambah jilat kotor para pe-dasi yang mengaku ikut berkontribusi. Pasti berat. Namun, itu tidak boleh menjadi alasan untuk lupa akan hakekat perjuangan. Bahwa kalian bermain sebenarnya untuk membawa kegembiraan. Jadilah seperti anak kecil yang tak pernah peduli akan hiruk pikuk keramaian. Anak kecil yang menyamaratakan segala pujian dan celaan. Tak perlu terlalu kalian tanggapi semua suara yang datang. Cukuplah fokus pada satu tujuan. Bermain dengan penuh kegembiraan. Karena kegembiraan sudah berarti kemenangan.


Oh... Markus Horison pelindung terakhir jantung pertahanan. Janganlah takut jika bola berhasil masuk ke gawang. Karena itu merupakan sebuah anugerah yang menyimpan pelajaran. Jika kemudian suara sumbang datang, anggaplah ia suplemen yang akan semakin menguatkan. Sehingga bukan kebodohan yang akan kau tunjukkan, melainkan mental juara yang selalu para supporter nantikan.


Kemudian untuk coach Riedl yang saya banggakan. Maafkan jika negeri ini tak seperti yang kau bayangkan. Maaf jika menurutmu keteladanan para pejabat disini hanya menjadi hiasan semu. Maaf jika kebenaran disini hanya dianggap sebagai angin lalu. Maaf jika kami sebagai rakyat hanya bisa diam membisu. Mau bagaimana lagi, kami sudah tak tahu bagaimana harus berlaku. Tapi, bagaimana pun juga wahai coach Riedl yang terhormat, sungguh kedatanganmu membawa sedikit telaga nikmat. Belum pernah kulihat kuli bangunan mampu tersenyum layaknya presiden sebelum kau datang. Kalau boleh melebih-lebihkan, bagiku ini adalah keajaiban.


Dan terakhir untuk supporter rekan seperjuangan. Kekalahan itu memang menyakitkan. Apalagi harus kalah dari negeri Jiran yang menjadi musuh bebuyutan. Luar biasa pasti gejolaknya. Duka boleh saja kemudian datang menemani. Tapi jangan pernah jadikan dia kawan untuk berbagi, cukup jadikan sebagai momen refleksi. Sebab piala AFF bukan satu-satunya tanda kemenangan. Masih ada banyak kemenangan lain yang perlu untuk kita banggakan. Kebersamaan, kekompakan, rasa keindonesian, persatuan, dan keceriaan bukankah itu juga tanda dari sebuah kemenangan, bahkan lebih, itu adalah gerak awal dari sebuah kebangkitan.


Tadi malam ukiran sejarah tercipta, nasionalisme telah membumbung tinggi mengoyak angkasa. Indonesia akan berjaya. Sebab Garuda mulai terbang menatap dunia.

Jayalah Garudaku...
29 Desember 2010, Dalam keheningan malam

(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)