Jumat, 12 November 2010

Secuil Cerita Dari Bilik Angkutan Kota

Ini adalah sebuah kehidupan
Lebih dari sekedar yang bisa kau terka
Jauh dari apa yang selama ini kau kira

Ini adalah sebuah kehidupan
Sempit terlihat bagi diri yang biasa
Namun begitu luas bagi jiwa yang perasa

Ini adalah sebuah kehidupan
Pentas bagi yang hidup dan menghidupkan

****

Sejenak aku diam menatap pongahnya kehidupan. Bangunan yang menjulang, mobil-mobil mewah yang berbaris panjang, serta noni-noni cantik yang berpakaian seperti telanjang adalah buktinya. Memang, sejak tak lagi pergi menikmati hari dengan kendaraan pribadi, aku jadi lebih sensitif dalam merasai warna-warni hidup ini. Hari-hariku saat berada di dalam angkutan kota selalu diisi dengan pengalaman baru yang sangat berharga. Segala manusia berbaur menjadi satu di dalamnya. Mulai dari yang baik, yang bejat, yang kaya, yang miskin, yang menutup aurat, sampai yang terang-terangan membuka aurat ada di sini.Hebatkan?

Menurutku angkutan kota ini seperti sebuah miniatur dunia. Aku belajar banyak darinya. Setiap pagi dan sore hari, selalu saja catatan yang kubuat di handphone-ku terisi oleh perenungan dan pengalaman yang kudapat selama duduk di dalam angkot ini.

Mungkin ini yang dinamakan kesadaran, sesuatu yang memiliki andil besar dalam mengantarkan kita menjadi seorang manusia yang merdeka. Ya, kesadaran. Pengakuan paling hakiki dari nurani dan suara hati. Sadar akan segala dosa adalah salah satu puncaknya. Bagaimana pun juga, seperti layaknya tangga keimanan yang menapak naik, dosa dan kesalahan pun punya tangga menurunnya. Semakin besar sang dosa, maka semakin menghujam  pula ke bawah jurang kenistaan. Maka pastilah perbedaan antara dosa besar dan dosa kecil tidak semata karena bentuknya, tapi juga karena efek kerusakan yang dihasilkannya.

Ingat dan sadar itu menjadi pintu bagi kemerdekaan jiwa. Sebaliknya, penjajahan atas diri sendiri dengan segala bentuk dosa, rantai hawa nafsu, arogansi, egoisme, atau juga penindasan, akan semakin leluasa mendirikan lapak-lapak liar dalam hati apabila kita tak punya banyak kesempatan untuk sadar dan ingat. Itu rahasianya, mengapa orang-orang yang tidak perduli pada jalan kebaikan akan menghindari suasana sepi. Bila tidur harus diantar dahulu oleh dentum musik jahil. Pulang kerja ia langsung melebur diri dalam diskotik yang ramai. Sebab sejenak saja ia punya saat sepi untuk merenung, hatinya akan berontak, dan berkata tidak atas segala penjajahan dirinya. Begitulah yang kulihat dari sesosok lelaki yang dengan santainya mengatakan bahwa diskotik itu adalah tempat kesenangan hakiki. Ia naik angkot dengan tampang rapi dan necis sore itu. Lalu kemudian turun tepat di depan sebuah diskotik yang cukup terkenal.

Sayang sekali ia tak sadar... setiap kesalahan pasti akan mengantarkan diri pada sisi gelap kehidupan. Alangkah ruginya orang-orang yang seperti itu. Sadar atau tidak, dunia ini adalah sebuah pentas. Apa yang gemerlap di atas panggungnya, belum tentu sama di ruang gantinya. Apa yang menawan dan memukau dari segi dramanya, belum tentu sama dengan kehidupan nyatanya. Personifikasi seorang aktor yang tampak begitu sempurna di depan publik dan tampak selalu benar, belum tentu begitu sesungguhnya pada kehidupan nyatanya.

Selalu saja ada sisi kelam yang tersembunyi. Pada setiap manusia. Dari kadar yang sederhana, semisal kebiasaan buruk. Hingga kadar yang mengerikan yang tak perlu kusebutkan. Selalu ada rahasia diri yang hanya kita dan Allah yang tahu.

Hanya orang-orang besar yang berani jujur pada dirinya. Sadar, mengakui dan merenungi segala kesalahannya. Apakah kita termasuk di dalamnya? Yaumil mahsyar yang akan membuktikannya.

****

Begitulah salah satu perenunganku dari bilik angkutan kota. Perenungan dari seorang manusia biasa yang penuh dengan dosa. Seorang manusia, yang jika kau tanya teman-temannya bagaimana dirinya, mungkin keburukan yang akan lebih banyak terungkap dibanding kebaikannya. Seorang manusia yang berharap akan selalu ada waktu sepi untuk sadar dan ingat akan segala dosanya.

(Episode Hidup Si Pengukir Sejarah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar